Site Loader

Salatiga – Reportase kali ini sengaja menampilkan kisah profil guru dengan gaya tutur “saya”, yaitu tutur langsung dari Bu Ameliasari Tauresia Kesuma, SE, M.Pd. Seorang Guru MAN Salatiga, lulusan S1 Ekonomi Akuntansi, S2 Manajemen Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, dan saat ini sedang menempuh Studi Doktoral jurusan Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (Program Beasiswa).

Gaya tutur langsung dari orang pertama ini untuk menjaga keutuhan alur kisah dan sekaligus memudahkan pembaca dalam menerima pesan-pesan dari bu Amel. Selengkapnya profil menarik Sang Guru Revolusioner sebagaimana dituturkan bu Amelia sebagai berikut:

Saat ini saya membagi perjalanan saya menjadi guru, menjadi lima jaman jahiliyyah. Pilihan kata Jahiliyyah saya ambil, dengan makna kebodohan, jadi bisa juga sih dirubah, jadi jaman kebodohan saya, tapi untuk menyangatkan betapa bodohnya saya, saya menggunakan kata jahiliyyah

Jaman Jahiliyyah 1 (1998 – 2005)
adalah saat pertama kali saya jadi guru, saat itu keyakinan saya adalah mata pelajaran yang saya ajarkan sangat sangat sangat penting, dan murid murid di kelas saya semua harus paham ekonomi.

Seperti biasa saya menggunakan media dan metode macam macam untuk itu.
Saat itu tidak ada dalam pikiran, bahwa beban belajar mereka banyak, bahwa masalah mereka juga banyak, bahwa gak semua suka dengan gaya mengajar saya, intinya saya tidak pernah melihat mereka, saya egois mementingkan diri sendiri, tugas saya jadi guru membuat semua anak di kelas tersebut mempunyai nilai diatas KKM.
Akibatnya saya sering marah dan tersinggung dengan kelakuan anak anak, marah yang nggak jelas, pake bentak dan menyakiti mereka, saya punya keyakinan semakin mereka tersakiti semakin baik.
Entah berapa korban saya saat di jaman jahiliyyah 1 ini….. اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ

Jaman Jahiliyyah 2 (2005-2009)
adalah saat saya sadar bahwa beban mereka banyak, masalah mereka banyak, belajar itu seharusnya menyenangkan, untuk itu mereka harus nyaman.
Saat itu saya banggaaaaa sekali kalau anak anak senang belajar dengan saya, apalagi saya memperoleh predikat guru terfavorit mereka.
Belakangan saya sadari ternyata belajar sekedar menyenangkan saja tidak cukup, seharusnya belajar itu membuat anak anak terinspirasi dan bermakna untuk hidup mereka
Kemudian anak anak suka jika belajar dengan saya saja tidak cukup, seharusnya mereka suka belajar dengan siapa saja, apa saja, kapan saja, dengan bagaimanapun caranya
Tujuan saya adalah membuat mereka sukaaa belajar with or without ME

Jaman Jahiliyyah 3 (2009-2017),

Saya tidak tahu apakah semua yang saya yakini sekarang, tentang bagaimana mendidik anak anak sudah benar, karena jaman terus berubah dan berkembang. Saya akan terus belajar dan berubah, karena menemukan “duh ternyata saya salah”

Pertama, saya meyakini, nilai itu tidak penting, tapi saya masih belum paham benar, bagaimana mengapresiasi apa yang telah mereka hasilkan. Kedua, ketika mengajar, tujuan formal sesuai standar kompetensi yang sudah ditetapkan, tetapi memang tidak pernah saya tekankan benar, saya punya tujuan belajar sendiri yang saya tetapkan, tanpa berdiskusi dengan anak. Padahal saya tahu lho, belajar itu kan harus sesuai kebutuhan anak, tapi saya tetep don’t know how, yang bener gimana, mesti gimana, selama ini masih terus mencari dan mencari, Alhamdulillah ketemu juga kemarin, cara yang insyaAllah tepat dan siap dicoba

Jaman Jahiliyah 4 (2017-2018)

Jaman jahiliyah 4, saya masuki tepat tanggal 22 April 2017, setelah saya mengikuti pelatihan guru Merdeka Belajar oleh Kampus Guru Cikal di Balaikota Yogyakarta oleh Kampus Guru Cikal dengan guru Unun dan Guru Bukik di Balaikota Yogyakarta dalam rangka Pesta Pendidikan Yogyakarta 2017 – Berkarya Melintas Batas

Oke selama ini, kita mengajar sesuai lesson plan dengan tujuan belajar dan assesment yang sudah ada dan tinggal pakai, tetapi di Merdeka Belajar, dimana belajar sesuai kebutuhan murid, kita diajarkan untuk melakukan dialog reflektif dengan murid, tentang bagaimana tujuan belajar dan bagaimana melakukan refleksi belajar. Refleksi belajar disini adalah mengajak murid murid mengukur apakah tujuan belajar yang ditetapkan sebelumnya berhasil atau tidak, dengan alat ukur yang disepakati bersama. Jadi dialog reflektif adalah bagaimana guru dan murid dapat menarik makna dari kegiatan yang sudah dilakukan di dalam kelas dari tujuan dan hasilnya.

Memanusiakan Hubungan dengan menciptakan dukungan emosional dan pedagogis kepada siswa, Memahami Konsep – belajar dengan mengkonstruksi makna dan fokus kepada pemahaman, Membangun Berkelanjutan, membangun ruang kontrol siswa terhadap rute dan tantangan yang dihadapi, menciptakan situasi penilaian yang tidak mengancam siswa dan fokus kepada bantuan untuk penilaian diri sendiri, penilaian yang tidak mengancam siswa yang tidak membuat mereka down, berikan kepercayaan diri pada siswa dengan memberikan pertanyaan yang mereka mudah pahami dulu, baru setelahnya naik level. Kemudian tidak ada penilaian baik cukup kurang, berikan penilaian misalnya mahir, terampil dan pemula.  Memilih Tantangan dengan mengembangkan otonomi, memberikan pilihan yang bisa diambil siswa, mengenai apa yang bisa dilakukan, material apa yang bisa digunakan, dimana bisa belajar, siapa yang bisa diajak kerjasama. Terakhir Memberdayakan Konteks dengan belajar sesuai konteks untuk memberikan kontribusi.

Jahiliyah 5 (2018 – sekarang)

Saya punya banyak masalah saat belajar di kelas bersama anak anak – saya butuh seseorang yang bisa saya ajak diskusi tentang ini.
Sedangkan institusi saya, jarang sekali menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, dan atau ketika saya ikut pelatihan berbayar, ijin belum tentu diberikan – belajar terus, ngajarnya kapan?

Nah waktu itu, 2009, cara paling enak bisa belajar dengan guru guru dimana mana itu dengan mengikuti perlombaan, lomba yang pertama kali saya ikuti adalah Lomba Karya Ilmiah Guru yang diselenggarakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Saya lolos 5 besar yay – nah kalau ikut ajang seperti ini, selain surat tugas resmi diperoleh, dapet uang saku, dan pengalaman berharga – yang trus biasanya bikin saya mlongo – ternyata guru guru disana itu uwow, mereka sangat kreatif inovatif dan suka berbagi – jadi saya tahu banyak metode yang bisa digunakan saat belajar bersama anak anak di kelas.

Dan seterusnya saya ketagihan, saya sangat menikmati melihat teman teman presentasi dengan berbagai praktik baiknya saat di kelas, saya sampai bikin grup Ikatan Guru Gila Lomba, setiap tahun saya rajin mengikuti berbagai ajang kompetisi guru, dari Lomba Karya Ilmiah dan Inovasi Pembelajaran tingkat Jawa Tengah, Best Practice Guru Tingkat Nasional, berbagai kompetisi tingkat nasional baik yang diselenggarakan oleh LIPI, Kemendikbud, atau Universitas, yang semuanya secara mandiri mengirim tulisan tentang apa yang telah dilakukan di kelas, baik strategi, media, model pembelajaran atau metode, pokoknya saya bikin apa sama anak anak di kelas, saya tulis, trus saya kirim.

Nah berikut daftar prestasi yang pernah saya raih, diantaranya:

Peserta Paper Terbaik, Simposium Nasional Guru Madrasah Tahun 2019, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia – 2019, Penerima Beasiswa 5000 Doktor Dalam Negeri Kementerian Agama Republik Indonesia, Program Doktoral Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta – 2018, Penghargaan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Ke Luar Negeri – Finlandia dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian Agama – 2017, Juara 1 Guru Madrasah Aliyah Berprestasi Tingkat Nasional 2016, Juara 1 Guru Madrasah Aliyah Berprestasi Tingkat Jawa Tengah 2016, Juara 1 Speech Contest Guru Non Lulusan Bahasa Inggris tingkat Jateng/ DIY 2015, Juara 1 Lomba Karya Inovatif guru SMA/SMK se Jateng. Kanwil Diknas Prop. Jateng 2014, Juara II Lomba Menulis Kisah Guru “Pembelajaran yang Menyenangkan” Tingkat Nasional 2012, Juara II Lomba Essay Guru Tingkat Nasional 2011, Juara II Lomba KaryaTulis Guru Kreatif Tingkat Nasional 2010, Finalis (5 besar) Lomba Kreatifitas Guru Tingkat Nasional LIPI 2009, Tim Penulis Soal Nasional, Puspendik, Kemendikbud 2017, Instruktur Calon Guru Penggerak Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud – 2020, Instruktur Calon Pendamping Guru Penggerak Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbud – 2020, Tim Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Nasional Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Agama – 2020

Nah yang terakhir kemarin Guru Madrasah Berprestasi – kalau yang ini saya ditunjuk oleh atasan untuk ikut, trus karena beruntung saya dikirim ikut shortcourse ke Finlandia. Nah, di Finland itulah kemudian saya pengen tutup muka saat mereka bilang Guru tidak perlu dipersaingkan, karena mereka harus memiliki motivasi internal untuk melakukan yang terbaik bagi murid muridnya – padahal kami ada disana gara gara kompetisi guru terbaik

Tidak terdapat daftar resmi sekolah terbaik atau guru terbaik di Finlandia. Penggerak utama kebijakan pendidikan bukanlah persaingan di antara para guru dan antar sekolah, melainkan lebih pada kerjasama. Pemerintah percaya bahwa mereka memiliki orang orang terbaik dan bahwa mereka tahu apa yang harus dilakukan. Kualitas bukan dicapai melalui mengadu sekolah satu dengan lainnya. Kualitas lebih tinggi dicapai ketika standar-standar yang ada bersifat mandiri dan yang sampai pada rasa profesionalisme dan keinginan pribadi untuk mengajar dengan baik. (makalah Dr. Ismo Pellika, UEF, 2017)

Gambar : Foto saat presentasi di University of Eastern Finland bersama Mochamad Zaenuri Juara 2 Gupres Tk MTs tahun 2017 mengenai Pendidikan Guru di Indonesia

Walau tidak dipungkiri saat mengikuti ajang lomba, saya banyak belajar dan terinspirasi dari para guru keren itu, seperti misalnya ibu guru Sitti Tasniah dengan bengkel teaternya simak deh keren bangett http://untukanakbangsa.blogspot.co.id/2013/11/sitti-tasniah-dari-eremerasa.html atau kumpul sama guru guru inovatif ini http://untukanakbangsa.blogspot.co.id/2013/11/guru-inovatif.html

Saya cuma merasa apa yang saya lakukan bukan untuk ditunjuk tunjukkan jadi yang terbaik, saya cuma pingin mengajak yuk saling belajar, saling berbagi praktik baik jadi anak bangsa ini bisa tertolong dapet bekal menghadapi hidupnya di abad 21 ini. Sekarang tuh bukan how to compete others, tapi how to collaborate, be a teamwork – maju tuh barengan, kalau sendiri tuh berat, biar Dilan aja…

Saya ikut berbagai lomba itu kan dulu niatnya belajar dan berbagi juga, gak ada niat lain – kalau trus juara ya bonus

Saya merasa ajang belajar saya sudah sangat terpenuhi dengan komunitas guru belajar, juga grup belajar menulis dimana mana, grup guru pembelajar berbagi ilmu, akses untuk belajar yang lain juga sangat banyak seperti MOOC (Massive Open Online Course) dan sekarang pilihan course serta universitasnya juga lebih banyak – Ganti Kolaborasi yuuuk – lebih indah kalau semua guru pinter, semua guru bisa pakai praktik baik guru lain, dari ujung barat sampai ujung timur yang tujuan utamanya hanya untuk anak bangsa ini, bukan kepentingan daerah, golongan, suku, ras apalagi agama, tapi untuk anak bangsa ini seutuhnya.
Semangaaattt…!!!

Demikian kisah Guru Sang Revolusioner dari pelaku langsung Ibu Ameliasari Tauresia Kesuma, SE, M.Pd Guru MAN Salatiga.

Editor : Idi Joko Sudono, Pokjawasmad Jateng

Bagikan Kepada Teman

Post Author: Humas Pokjawasmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top Download