
Klaten, (20 Maret 2021). Biografi kali ini mengisahkan suka duka seorang pengawas baru. Adalah Ibnu Ikhwanto, M.Hum., Pengawas Madrasah Kemenag Kab. Klaten yang beralamat di Kerun Baru Rt: 2 Rw: 14 Belangwetan Klaten Utara ibnuikhwanto.ikhwanto@gmail.com. Sengaja disajikan dengan bahasa orang pertama sesuai aslinya dengan beberapa penyesuaian. Mari kita simak biografi cukup menarik Ibnu Ikhwanto ini.
Tanggal 1 September 2019 adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Yah, karena tanggal tersebut aku mendapat SK penetapan menjadi pengawas madrasah. Terasa surprise karena proses menjadi pengawas madrasah sekarang cukup menguras energi, tenaga, waktu, bahkan material lain. Ini karena untuk menjadi pengawas madrasah sekarang model diklatnya dengan paradigma model baru yaitu ada on job training kemudian in job training, kembali on job training dan diakhiri dengan in job training. Hampir dua bulan menjalani rutinitas diklat kepengawasan. Setelah diklat pun menunggu hampir satu tahun, barulah SK pengawasnya turun.
Kegembiraanku menerima SK pengawas sempat “terkejut tidak percaya”. Bagaimana tidak, aku yang selama kurang lebih empat belas tahun menjadi guru MTsN di Klaten sempat sedikit shock. Dalam SK tertera kalau aku diberhentikan dengan hormat dari guru menjadi pengawas madrasah RA dan MI. Selama menunggu SK pengawas, aku berandai-andai, kalau nantinya bakal menjadi pengawas MTs sebagaimana background pendidikan selama ini. Ketika sempat kutanyakan kepada pihak yang berwenang, mengapa SK-nya turun tapi kok malah di pengawas RA dan MI. Pejabat berwenang itu menjawab, “ Formasi pengawas MTs sudah penuh, lha mau tidak menerima SK itu”. Akupun pasrah.
Akhirnya, begitu cepat berita itu terdengar di kalangan teman-teman guru. Banyak yang mengucapkan selamat. Adapula yang sedikit berseloroh. Aku ingat, salah satu yang dikatakan teman ketika ia berkata, “ Hai, Pak Ibnu, Kamu jadi pengawas RA dan MI. Gak salah dengar ya, apa kamu bisa nyanyi karena dunia guru-guru RA kan kesehariannya suka nyanyi-nyanyi ya”. Aku sempat terhenyak. Iya juga ya, aku kan tidak biasa nyanyi, lagu dangdut tidak bisa, apalagi lagu anak-anak. Akupun berusaha menetralisir keadaan. Ah, ini betul-betul dunia baru dan mau tidak mau aku harus mau belajar tentang dunia RA dan MI, dunia yang selama ini jarang kugeluti karena sudah terbiasa dengan dunia MTs. Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi.

Tanggal 28 September pun aku dilantik secara resmi oleh Bapak Kankemenag Klaten dalam sebuah upacara pelantikan. Seumur-umur baru sekali ini merasakan acara pelantikan yang dilantik diri sendiri. Rasanya terharu, malu, tetapi ada rasa bangga. Yah, aku merasa seperti seorang pejabat kecil yang sedang dikukuhkan untuk mendapatkan amanah yang besar dan berat. Apakah aku mampu melaksanakan amanah yang dahsyat ini. Aku hanya berdoa dalam hati ditengah-tengah acara pelantikan. Kupasrahkan semuanya kepada Allah subhanahu wata’ala yang merencanakan ini semua. “Ya Allah, mudahkanlah urusan hambamu ini”. Amin
Setelah dilantik, akupun mulai orientasi lapangan dengan para senior sambil menunggu surat pembagian sekolah binaan. Rasanya deg-deg syur, kira-kira aku dapat daerah binaan mana ya. Aku berharap mendapatkan daerah binaan yang tentunya dekat rumah ya. Akhirnya, pekan pertama bulan Oktober SK pembagian tugas pun jadi dan dibagikan. Kali inipun aku dibuat kaget tetapi hanya bisa pasrah. Apalah dayaku, aku hanya seorang pengawas baru, tentu tidak bisa berbuat banyak, bahkan usulpun belum berani. Ternyata dalam SK pembagian tugas tersebut, aku mendapat jatah tiga kecamatan yang ketiganya berbatasan langsung dengan kabupaten Sukoharjo. Waktu itu, terus terang agak lemas. Apalagi kebijakan terbaru, pengawas RA dan MI itu ngantornya mendekat ke sekolah binaan masing-masing. Jadi, aku bakalan ngantor di salah satu dari tiga kecamatan itu. Aku bakal nebeng di kantor KUA kecamatan yang paling dekat diantara tiga kecamatan itu. Ketika ada teman guru MTs yang mengetahui jatah daerah binaan saya ada di kecamatan yang lumayan jauh. Mereka sebagian komen, “Hayo, enak guru MTs kan, kerjanya dekat rumah”. Aku hanya bisa berkata dalam hati. Ah, ini sudah diniati, di manapun dapat tempat tugas, aku harus selalu siap. Toh, ini masih di Jawa, Klaten lagi. Aku ingat pepatah yang sering kubawa kemana-mana. “Sekali layar terkembang, Surut kita berpantang” . Untuk menghibur diri ya.
Pekan kedua bulan Oktober pun aku mulai keliling madrasah binaan, mulai dikenalkan dan serah terima tugas baik dalam forum K3M MI ataupun forum pertemuan IGRA tiap kecamatan. Tidak tanggung-tanggung ternyata aku mendapat tugas dengan total binaan 12 MI dan 46 RA/BA. Wah, jika kubagi hari dalam sebulan pun masih kurang harinya. Aku harus mulai berpikir bagaimana caranya bahwa dalam sebulan bisa ketemu dengan masing-masing RA/BA dan MI tersebut. Di acara serah terima tugas tersebut, aku berusaha tampil “PD”, “meyakinkan” pada sekolah binaan bahwa walaupun aku pengawas baru, belum punya pengalaman dunia RA dan MI, kuyakinkan bahwa aku akan segera belajar dan menyesuaikan dengan dunia mereka. Semua yang hadir dalam acara serah terima tugas itu menatap dengan penuh harap. Pengawas senior yang saya gantikan, yang sudah berkontribusi banyak pada mereka, semoga dapat diteruskan oleh pengawas yang baru. Begitulah kira-kira “terawangan”ku pada lubuk hati mereka. Begitulah diriku, orangnya memang suka “PD”.
Masa serah terima pun berakhir. Sekarang waktunya kerja di rumah sendiri. Tiga kecamatan ini rumah baruku. Aku harus adaptasi pulang pergi dengan perjalanan kurang lebih setengah jam. Dulu biasanya sepuluh menit sudah sampai MTs. Adaptasi yang lain, kalau selama kurang lebih 14 tahun, duniaku adalah berkutat dengan siswa. Kini aku mulai berkutat dengan dunia guru-guru MI dan RA/ BA. Akupun mulai studi lapangan ke 12 MI binaanku. Aku mulai menggali data awal. Ada apa saja dan sudah ada apa saja di masing-masing MI. Ternyata setelah berkeliling ke 12 MI tersebut, akupun mendapat panggilan baru. Monggo “Bopo”. Silakan “Bopo”. Panggilan sapaan yang terasa “cles” di hati. Apa aku pantas dipanggil dengan panggilan itu. Sosok orang yang dituakan, yang notabene sebagian besar dari bapak Kamad MI itu usianya di atasku. (“PD” lagi ya. Memang iya, aku pengawas termuda di kantor kita”). Itulah kesan pertama yang ternyata bapak ibu guru MI itu orangnya santun-santun “ngewongke” (kata orang Jawa).
Itu yang dunia MI. Untuk dunia RA/BA lebih seru lagi. Pertama kali ikut kegiatan IGRA kecamatan. Aku sempat kaget. Semuanya dunia perempuan. (Apa ini negeri perempuan ya?). Aku kaget ternyata acara dimulai dengan menyanyikan ‘Mars IGRA’ dan lagu-lagu yang lain. Aku hanya bisa melongo karena memang semua terasa asing dan baru. (aku jadi ingat kata teman, “apa kamu bisa nyanyi”). Aku hanya tersenyum dalam hati. Tibalah giliran acara sambutan. Setelah bla-bla ngisi sekian waktu untuk acara pembinaan guru-guru IGRA. Setelah ku akhiri sambutan dan pembinaan, tiba-tiba, guru-guru berdiri, dan kompak bernyanyi. “Terimakasih Bapak, terimakasih Bapak, terimakasih kami ucapkan dst”. Inilah kesan kedua, ternyata guru-guru RA/BA itu gurunya juga santun-santun dan “ngewongke” pada pengawas yang dituakan. Runtuhlah kegalauanku selama ini. Ternyata dunia kepengawasan di RA dan MI itu sesuatu yang mengasyikkan sekali. Kita senantiasa bergembira dalam bekerja karena lingkungannya semua saling mendukung dan menyemangati.
Hari-hari selanjutnya dalam rutinitas kepengawasan kunjungan ke madrasah selalu kujadwalkan agar tidak ada yang terlewatkan. Kubuat grup WA kepala MI. Grup WA IGRA perkecamatan supaya aliran informasi cepat dan selalu up to date. Aku punya komitmen bahwa kehadiranku ke madrasah itu ditunggu bapak ibu guru. Hadir untuk memberikan pencerahan bukan hadir untuk menyusahkan mereka. Budaya-budaya yang kurang baik kutiadakan agar bapak ibu guru itu selalu menanti dan membutuhkan pengawas sebagai mitra kerjanya. Itu yang kuposisikan pada mereka. Pertemuan rutin yang diadakan setiap bulanan kubuat dengan acara yang lebih variatif. Ada sesi diskusi. Ada sesi nobar film tentang kependidikan. Ada permainan dan yang lainnya. Sehingga setiap pertemuan yang diadakan baik oleh IGRA atau K3M MI selalu merupakan pertemuan yang dinanti-nanti para bapak ibu guru. Mereka membutuhkan “asupan gizi dari pengawas”. Dari sinilah lahir simbiosis mutualisme. Guru membutuhkan pengawas. Sebaliknya pengawas juga membutuhkan guru. Apa artinya pengawas hebat kalau tidak dirindukan para bapak ibu guru yang menjadi binaannya. Rasa-rasanya menjadi pengawas itu banyak sukanya.
Walaupun demikian, kadang kala menjadi pengawas juga ada dukanya. Awal-awal mulai kunjungan ke RA/BA atau MI, karena daerahnya jauh dari kota Klaten. Otomatis buta tiga kecamatan itu sehingga dulunya aku sering “keblasuk”, tersesat, kebingungan di jalan dan cerita sedih lainnya. Akan tetapi, itu semua terobati ketika bertemu dengan guru madrasah binaan. Sambutan hangat mereka menjadikan lelah dan capek berganti senyuman. Ada lagi kesedihan yang kualami ketika musim-musim pencairan tunjangan profesi guru. Ada beberapa madrasah yang siswanya di bawah rasio dan terancam tidak bisa dicairkan tunjangannya karena secara administratif memang syaratnya harus memiliki siswa di atas rasio. Ketika hampir dikatakan pada mereka kalau tunjangan tidak cair, rasanya sedih. Bayangkan, itulah yang diharapkan oleh para guru pejuang . Waktu mereka sudah habis di madrasah. Kalau tidak mendapatkan tunjangan, bagaimana anak istri mereka yang di rumah mau makan apa. Perjuangan pun dilakukan dengan berbagai daya dan upaya. Akhirnya, ketika keputusan final pun tunjangan cair, duka pun berganti menjadi bahagia. Yah, susahnya para bapak ibu guru juga menjadikan pengawas susah. Senangnya bapak ibu guru pun menjadikan pengawas senang juga.
Begitulah kehidupan kita. Pasti ada suka dan dukanya. Termasuk menjadi pengawas madrasah pun ada suka dan dukanya. Ketika semua itu dilakukan dengan penuh keikhlasan, semuanya akan berakhir menjadi keindahan. Lelah yang lillah akan berganti menjadi ladang pahala kita. Menjaga asa dan semangat menjadi kunci dalam bekerja. Capek dan bosan terkadang muncul. Akan tetapi, hadirkanlah dalam wajah mereka bahwa suatu saat merekalah yang akan menggapai tangan kita menuju surga karena untaian amal jariyah dari ilmu yang bermanfaat yang kita tularkan pada mereka ketika melakukan pembinaan guru, pembimbingan guru, pemantauan guru dan aktivitas yang lain. Jadilah pengawas yang selalu mencuri perhatian bapak ibu guru “Get attention” karena kehadiran kita selalu dinantikan. Omongan dan ucapan kita senantiasa didengarkan oleh mereka. Ayo, tetap semangat bapak ibu pengawas semuanya. Inilah ladang amal kita. Paradigma lama bahwa pengawas kurang dekat dengan bapak ibu guru harus kita hilangkan. Kita putus mata rantai hal-hal yang kurang berkenan dalam dunia kepengawasan menjadi suatu hal yang baik dan positif. Insya allah sumbangsih yang sedikit dari bapak ibu pengawas ini akan bisa mengantarkan anak bangsa menuju peradaban yang lebih baik. Amin
Klaten, 13 Juni 2020 pukul 21.19 WIB
(Kontributor Klaten : Ibnu Ikhwanto, M.Hum., Editor : Idi Joko Sudono Humas Pokjawasmad Jateng)