Site Loader

Reportase kali ini mengetengahkan sosok Guru Inspiratif yang hebat, perempuan penerima Penghargaan Guru dan Kepala Madrasah Inspiratif Hari Guru Nasional dari Kementerian Agama Republik Indonesia tahun 2020 yang ditetapkan beberapa hari lalu. Sengaja teknik pemberitaan dengan gaya tutur orang pertama. Silahkan menyimak.

Perempuan dari pelosok desa lulusan Sarjana Sastra Jawa tahun 2015 lalu, saya Ika Setiyawati. Saya kini mengabdi menjadi guru honorer di desa. Saya sekarang menjadi guru di salah satu madrasah di desa tempat saya tinggal. Saya tak sedikit tergiur oleh karir-karir yang menjanjikan di luar sana. Padahal tak seberapa gaji seorang guru, yang masih lagi membantu pekerjaan orangtua dirumah. Walaupun dengan gaji tidak seberapa, orangtua sudah bangga ketika anaknya menjadi seorang guru. Itulah menjadi guru adalah panggilan jiwa, apalagi menjadi guru yang sangat istimewa.
Singkat cerita, awal tahun mengajar pada tahun 2015, saya diberikan tugas oleh kepala madrasah sebagai guru program pendidikan inklusi. Saya benar-benar tidak tahu apa itu pendidikan inklusi. Kemudian kepala madrasah menjelaskan sedikit gambaran apa itu pendidikan inklusi. Ketika kepala madrasah menjelaskan hal tersebut, dalam benak saya serasa akan menolak tugas tersebut. Saya merasa terlalu berat tugas yang diberikan harus membimbing anak-anak berkebutuhan khusus. Bismillah, saya mantapkan hati ini untuk menerima tugas dari kepala madrasah yaitu menjadi Guru Pembimbing Khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Asyik mengajar anak berkebutuhan khusus dengan ketulusan hati
Bangga sebagai guru MI dengan layanan inklusi, membawanya meraih Penghargaan Guru Inspiratif dari Menteri Agama

Hari dimana saya pertama kali bertemu dan belajar dengan anak-anak berkebuthan khusus. Rasa emosi, bingung, capek, kesal, bahkan saya sering menangis di setiap jam-jam istirahat. Ingin rasanya meninggalkan madrasah ini. Menjadi guru pembimbing khusus tak semudah yang dibayangkan. Memeram kesedihan, kemarahan dan nyaris putus asa yang bertumpuk-tumpuk selama berbulan-bulan.
Saya berusaha untuk belajar lebih sabar, memahami karakteristik beberapa anak berkebutuhan khusus. Saya terus belajar bagaimana menghadapi anak berkebutuhan khusus. Perlu waktu yang tidak singkat untuk mengenal anak berkebutuhan khusus. Namun, disisi lain kepala madrasah selalu memberikan motivasi untuk saya berjuang di program pendidikan inklusi. Motivasi tersebut sangat ampuh sekali untuk saya berkembang dan belajar.
Saya lulusan bukan dari prodi pendidikan luar biasa yang harus menghadapi anak berkebutuhan khusus. Ini yang menjadi sebuah tantangan yang luar biasa, benar-benar nol ilmunya. Banyak hal yang asing di telinga dan mata saya dengan istilah-istilah psikologi. Untuk menghilangkan rasa ketidaktahuan saya harus menyari di internet, baca-baca buku, yang berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus. Mau tidak mau akhirnya saya harus belajar dari nol.
Tahun demi tahun program pendidikan inklusi di MI Keji Alhamdulillah berjalan masif walaupun masih banyak kekurangan. Namun tekat dan semangat saya untuk membimbing anak-anak yang berkebutuhan khusus terus menggebu. Kemudian madrasah yang ingin saya tinggalkan saat itu kini menjalin kemitraan dengan Ausaid, Unicef, Yayasan Terapi Abk, Psikolog. Hasil dari kerjasama dari kemtraan itu saya belajar banyak hal tentang jenis abk, penanganan abk, mengembangkan potensi abk, pembelajaran inklusi, dan banyak lagi.
Walaupun program pendidikan inklusi di MI Keji sudah masif, namun banyak tantangannya. Mulai dari guru, anak, teman, lingkungan, orangtua. Saya harus telaten ketika kelas 4 belum bisa baca. Saya harus sabar ketika anak tantrum (menangis, mengamuk, menggulung-nggulungkan badan, menyakiti diri sendiri). Saya harus membantu saat mereka ngompol/ bab di celana, bina diri. Saya tidak boleh bosan memberikan instruksi yang berulang-ulang. Saya tidak boleh capek ketika ada anak yang tidak mau masuk ke kelas. Saya harus kreatif mungkin untuk mengajarkan pembelajaran mereka. Saya harus mengatur mood diri saya sendiri ketika menghadapi berbagai karakteristik anak. Saya harus menyusun kalimat intruksi yang singkat untuk anak-anak yang memiliki autis. Saya tidak boleh marah ketika orang tua abk menuntut anaknya seperti anak-anak regular. Saya harus mau mendengarkan keluh kesah oranngtua abk yang anaknya tidak mengalami perkembangan. Saya harus menjelaskan kepada orangtua regular karena ketakutan mereka apabila anak berkebutuuhan khusus tertular kepada anaknya. Saya harus memahami karakteristik setiap anak. Saya berusaha melayani sepenuh hati untuk mereka, anak-anak istimewa. Saya setiap hari belajar dengan mereka karena mereka mengajarkan saya tentang kehidupan yang sebenarnya. So amazing …..


Alhamdulillah, dibalik kekurangan mereka adalah sebuah anugerah yang Allah kasih. Terharu, pasti, rasanya ingin menangis bahagia karena anak-anak berkebutuhan khusus di madrasah kami bisa menunjukkan kelebihan bakat yang mereka miliki. Perkembangan mereka sangat luar biasa, ada yang hafal juz 30, pintar fotografer, pintar ngaji, pintar seni music, olahraga, dsb. Perkembangan mereka adalah berkat dukungan lingkungan madrasah dan keluarga. Sering anak-anak membuat saya haru dengan perkembangan-perkembangan kecil mereka, penampilan saat mereka pentas, dll. Bimbingan belajar dan stimulasi (motoric, sensori, komunikasi, binadiri) kami lakukan setiap harinya kepada masing-masing anak berkebutuhan khusus. Mereka memilliki program pembelajaran individu yang bertujuan untuk mengurangi hambatan dan memaksimalkan potensinya. Kegiatan inilah yang membuat perkembangan mereka lebih baik dari sebelumnya.
Keberkahan dari program pendidikan inklusif di MI Keji Alhamdulillah bisa kami rasakan. Madrasah saya sering ada liputan TV maupun media massa. Keberkahan ini yang membuat perubahan-perubahan MI Keji menjadi lebih baik lagi. Alhamdulillahnya lagi di tahun 2017, dimana menjadi keberuntungnan dan berkah inklusi saya mendapatkan beasiswa S2 dari Kementerian Agama Republik Indonesia. Alhamdulillah berkah inklusi saya bisa menjadi Magister Manajemen Pendidikan Islam di UIN Walisongo Semarang yang sebelumnya tidak terpikir dibenak saya. Insyaallah saya amalkan ilmunya untuk mengelola program pendidikan inklusi di MI Keji. Saya dan semua guru membimbing anak-anak berkebutuhan khusus dengan sepenuh hati. Kami belum baik namun kami akan terus belajar lebih baik lagi untuk mencerdaskan anak bangsa khususnya anak-anak berkebutuhan khusus.

Ika bersama segenap guru MI Keji, Kepala Madrasahnya adalah Supriyono, Kamad Juara I Nasional Lomba Anugerah GTK tahun 2017

(Sumber : Ika Setiyawati. Reporter : Idi Joko Sudono-Humas Pokjawas Madrasah Jawa Tengah)

Bagikan Kepada Teman

Post Author: Humas Pokjawasmad

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Top Download